Rabu, 05 September 2012

Saudariku mengapa kau belum berhijab??







"Hai Nabi, katakanIah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin,'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka'. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu ....."(Al Ahzab: 59 )
Jika salah seorang ukhti yang belum mentaati perintah berhijab ditanya, mengapa ia tidak mengenakan hijab?
*Di antaranya ada yang menjawab: "Demi Allah, saya belum mantap dengan berhijab. Jika saya telah merasa mantap dengannya saya akan berhijab, insya Allah."
Ukhti yang berdalih dengan alasan  ini hendaknya bisa membedakan antara dua hal. Yakni apakah itu  perintah yang bersumber dari Tuhan ataukah dari  manusia. Jika perintah itu datangnya dari manusia maka manusia bisa salah dan bisa benar.Namun jika perintah itu salah satu dari perintah-perintah Allah, dengan kata lain Allah yang memerintahkan di dalam kitabNya, atau memerintahkan hal tersebut melalui Nabi-Nya agar disampaikan kepada umatnya, maka tidak ada alasan bagi manusia untuk mengatakan "saya belum mantap". Bila ia masih mengatakan hal itu dengan penuh keyakinan, padahal ia mengetahui perintah tersebut ada di dalam kitab Allah Ta 'ala, maka hal tersebut bisa menyeretnya pada bahaya yang sangat besar, yakni keluar dari agama Allah,sementara dia tidak menyadarinya. Sebab dengan begitu berarti ia tidak percaya dan meragukan kebenaran perintah tersebut. Karena itu, ia adalah ungkapan yang sangat berbahaya.Karena dosa yang kecil pun jika dilakukan secara terus-menerus akan menjadi dosa yang besar.Apalagi masalah hijab ini. Sementara kita sangat miskin dan sangat lemah, maka jika telah datang perintahdari Allah, tidak ada pilihan lain bagi kita  kecuali mentaati perintah tersebut. Ketika mendengar perintah Allah, sebagai seorang muslimah kita wajib mengatakan sebagaimana yang dikatakan orang-orang beriman:"... Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdo'a), 'Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.' (Al Baqarah: 285).

*Ada juga ukhti yang menjawab;”Yang penting untuk sekarang ini  saya menghijabi hati terlebih dahulu baru selanjutnya memakai hijab luar yang nampak”.


Jika seperti itu apakah kita menjamin jika umur kita masih panjang? Apakah kita bisa tahu kapan kita akan mati?Atau mungkin seseorang akan datang kepada kita & mengabarkan untuk kita??Padahal tidak ada yang tahu kematian akan menjemput kita apakah  setelah setahun, sebulan,seminggu, sehari, sejam atau sedetik kemudian. Semua itu serba mungkin, selama kita tidak tahu kapan ajal kita akan datang.Wahai saudariku, kematian tidak hanya mengetuk pintu  hati orang yang sakit, ataaupun orang yang lanjut usia saja, tetapi juga orang-orang yang sehat walafiat, orang dewasa, pemuda bahkan sampai bayi yang masi disusui  di pangkuan ibunya.Banyak kematian yang tiba-tiba,karena kematian itu memang rahasia Pemilik Hidup. Allah hu ‘alam...

*Para akhawat yang tidak berhijab banyak yang berdalih: "Allah belum memberiku hidayah.
Sebenamya·aku juga ingin berhijab, tetapi hendak bagaimana jika hingga saat ini Allah belum
memberiku hidayah?, do'akanlah aku agar segera mendapat hidayah!"
Bagaimana engkau mengetahui Allah belum memberimu hidayah? Sementara dalam hidayah itu, terdapat campur tangan dan usaha manusia, di samping hidayah Allah dan bimbingan RasulNya. Allah telah menunjukkan jalan kebenaran & kebatilan  pada manusia  melalui KitabNya, Para rasul pun telah menerangkan jalan ini kepada kaumnya. Begitu pula para da'i. Mereka semua menerangkan jalan ini kepada manusia. Jadi semua ikut ambil bagian dalam hidayah ini.Tergantung pada pilihan apa yang kita ambil, karena hakekatnya hidayah itu juga  harus dijemput tidak hanya menunggu.
Allah berfirman:Artinya:"Dan adapun kaum Tsamua maka mereka telah kami beri petunjuk tetapi mereka lebihmenyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk itu .... " (Fushshilat: 17 ).
Dan untuk itu, Allah menciptakan potensi dalam diri setiap orang untuk memilih antara jalan kebenaran atau jalan kebatilan. Jika dia memilih jalan kebenaran menurut kemauannya sendiri maka hidayah taufiq akan datang kepadanya.
Allah berfirman,artinya: ''Dan orang-orang yang meminta petunjuk, Allah (akan) menambah petunjuk pada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya " . (Muhammad: 17)
Jika dia memilih kebatilan menurut kemauannya sendiri, maka Allah akan menambahkan kesesatan padanya dan Dia mengharamkannya mendapat hidayah taufiq.na’udzubilla hi min daliq.....
Firman Allah yang artinya: ...Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka ".(Ash Shaf: 5)
Jika diumpamakan hidayah ini seperti seseorang yang
menanyakan suatu alamat. Orang itu pergi ke polisi lain lintas untuk menanyakan alamat tersebut. Lain polisi menyarankan: "Anda bisa bejalan lurus sepanjang jalan ini, sampai di perempatan anda belok ke kiri, selanjutnya ada gang, anda belok ke kiri, di situ anda mendapatkan jalan raya, di seberang jalan raya tersebut akan terlihat gedung dengan pamflet besar, itulah alamat yang anda cari".
Orang tersebut dihadapkan pada dua pilihan, percaya kepada petunjuk polisi atau
mendustakannya. Jika percaya kepada polisi, ia akan segera beranjak mengikuti petunjuk yang diterimanya. Jika berjalan terus sesuai dengan petunjuk polisi, ia akan semakin dekat dengan tempat dan alamat yang ia inginkan.
Jika ia tidak mempercayai saran polisi itu bahkan malah mengumpatnya sebagai pendusta, sehingga ia bejalan menuju arah yang berlawanan, rnaka semakin jauh dia berjalan, semakin jauh pula kesesatannya. Itulah perumpamaan petunjuk dan kesesatan.Ini merupakan perumpamaan yang tepat untuk mendekatkan pengertian sunnatullah ini.Siapa yang memilih kebenaran, Allah akan menolong dan meneguhkannya. Dan siapa yangmemilih kebatilan, Allah akan menyesatkannya dan membiarkannya bersama setan yangmenyertainya.
Karena itu, wahai ukhti, berusahalah mendapatkan sebab-sebab hidayah, niscaya anda mendapatkan hidayah tersebut dengan izin Allah. Di antara usaha itu ialah berdo'a agar mendapat hidayah, memilih teman yang shalihah, selalu membaca, mempelajari dan merenungkan Kitab Allah, mengikuti majelis-majelis dzikir dan ilmu  agama,mendengarkan kaset pengajian agama, membaca buku-buku tentang keimanan dan masih banyak lagi.Tetapi, sebelum melakukan semua itu hendaknya kita terlebih dahulu meninggallkan hal-hal yang bisa menjauhkanmu dari jalan hidayah. Seperti teman yang tidak baik, membaca majalah-majalah yang tidak mendidik, menyaksikan tayangan-tayangan televisi yang membangkitkan perbuatan haram, bepergian tanpa disertai mahram, menjalin hubungandengan para pemuda (pacaran), dan hal-hal lain yang bertentangan dengan jalan hidayah.Insya Allah...
*Sebagian mereka
ada yang menjawab: "Saya juga seorang muslimah  meskipun tidak berhijab, selalu menjaga shalat lima
waktu dan sebagian shalat sunat, saya puasa Ramadhan dan bersodaqoh


Kalau memang anda sudah dan selalu melakukan amalan-amalan terpuji, yang
berpangkal dari iman, kepatuhan pada perintah Allah serta takut siksaNya jika
meninggalkan kewajiban-kewajiban itu, mengapa anda beriman kepada sebagian
dan tidak beriman kepada sebagian yang lain, padahal sumber perintah-perintah itu
adalah satu?Sebagaimana shalat yang selalu anda jaga adalah suatu kewajiban, demikian pula halnya dengan hijab. Hijab itu wajib, dan kewajiban itu tidak diragukan adanya dalam A1Qur'an dan As Sunnah. Atau, apakah anda tidak pernah mendengar cercaan Allah terhadap Bani Israil, karena mereka melakukan sebagian perintah dan meninggalkan sebagian yang lain?
Secara tegas, dalam hal ini Allah berfirman:
Artinya:
...Apakah kamu beriman kepada sebahagian AI-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap
sebahagian yang lain? Tidaklah balasan bagi orang-orang yang berbuat demikian
daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat
mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat, Allah tidak lengah dari apa
yang kamu perbuat". (Al-Baqarah: 85)
Selanjutnya renungkanlah hadits shahih berikut ini:
"Sesungguhnya penghuni Neraka yang paling ringan adzabnya pada Ilari Kiamat
ialah orang yang diletakkan di tengah kedua telapak kakinya dua bara api, dari dua
bara api ini otaknya mendidih, sebagaimana periuk yang mendidih dalam bejana
besar yang dipanggang dalam kobaran api ".
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Kitabur Riqaaq, 11/376.
Jika seperti ini adzab yang paling ringan pada hari Kiamat, lalu bagaimana adzab
bagi orang yang diancam Allah dengan adzab yang amat pedih, sebagaimana
disebutkan dalam ayat ini. Yakni bagi orang yang beriman kepada sebagian ayat dan meninggalkan sebagian yang lain?

*Dalih yang lain yaitu untuk masalah penampilan.
Wahai saudaraku,apakah hanya demi penampilan, kebanggaan dan saling unggul-mengungguli didunia, anda rela menjual akhirat dan slap menerima adzab yang pedih?Sungguh, kami tidak berharap untuk ukhti, melainkan kebaikan di dunia dan di akhirat. Kami meminta agar ukhti mau menggunakan akal sehat  & hati dalam menentukan pilihan ini. .Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda:
"Wanita itu dinikahi karena empat hal. Yaitu karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang berpegang teguh dengan agama, (jika tidak) niscaya kedua tanganmu berlumur debu.Memang demikian yang terjadi. Kaum laki-laki tidak hanya melihat unsur kecantikan semata,tetapi ada hal-hal lain yang menyatu dengan kecantikan itu atau terlepas darinya, yang dijadikan pertimbangan dalam memilih isteri. Namun para gadis dan orangtua banyak yang
menganggap kecantikan adalah segala-galanya. Atau setidak-tidaknya menjadikan
kecantikan sebagai unsur terpenting, sedangkan hal lainnya bisa dikesampingkan. Jelas,jalan pikiran seperti ini bertentangan dengan naluri manusia.
Bisa jadi sikap gadis-gadis yang biasa memperlihatkan aurat --yang dimaksudkan untuk menawan hati pria-- menjadi bumerang bagi dirinya. Betapa banyak tindakan itu malah membuat para pemuda enggan menikahinya. Sebab bisa saja para pemuda itu beranggapan,jika wanita tersebut berani melanggar salah satu perintah Allah, yaitu hijab, tidak menutup kemungkinan dia akan berani melanggar perintah-perintah yang lain. Karena setan memiliki banyak kiat.

Mungkin banyak alasan lagi mengapa ukhti belum juga berhijab,namun
ketika Allah memerintahkan kita dengan suatu perintah, Dia Maha Mengetahui
bahwa perintah itu untuk kebaikan kita, dan salah satu sebah bagi tercapainya
kebahagiaan kita. Demikian pula ha!nya dengan ketika memerintah wanita ber-hijab, Dia Maha Mengetahui bahwa ia adalah salah satu sebab tercapainya kebahagiaan,kemuliaan dan keagungan wanita.Allah Subhanahu Wata 'ala Maha Mengetahui, ilmuNya meliputi segala sesuatu,mengetahui sejak sebelum manusia diciptakan, juga mengetahui apa yang akan tejadi di masa mendatang dengan tanpa batas, mengetahui apa yang tidak akan tejadi dari berbagai peristiwa, juga Dia mengetahui andaikata peristiwa tersebut terjadi, apa yang bakal terjadi selanjutnya.
Dengan kepercayaan seperti ini, yang merupakan keyakinan umat Islam, apakah
patut dan masuk akal kita menolak perintah Allah Yang Maha Luas ilmuNya,
selanjutnya kita menerima perkataan manusia yang memiliki banyak kekurangan,
dan ilmunya sangat terbatas?
Allah mensyari'atkan hijab agar menjadi benteng bagi wanita dari gangguan orang lain. Sebab Allah Subhanahu Wata'ala mengetahui, pamer aurat akan mengakibatkan semakin bertambahnya kasus pelecehan seksual aapalagi di zaman akhir ini, karena perbuatan tersebut membangkitkan nafsu seksual yang sebelumnya tenang. Adapun wanita yang ber-hijab maka dia senantiasa menyembunyikan kecantikan dan perhiasannya selain telapak tangan dan wajah menurut suatu pendapat. Dan pendapat lain mengatakan, tidak boleh terlihat dari diri wanita tersebut selain matanya saja.semoga tulisan ini semakin memantapkan kita untuk berhijab, karena Allah.....amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar