"Hai Nabi,
katakanIah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin,'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka'.
Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu ....."(Al
Ahzab: 59 )
Jika salah
seorang ukhti yang belum mentaati perintah berhijab ditanya, mengapa ia tidak mengenakan hijab?
*Di antaranya ada yang menjawab: "Demi Allah, saya belum mantap dengan
berhijab. Jika saya telah merasa mantap dengannya saya akan berhijab, insya
Allah."
Ukhti yang
berdalih dengan alasan ini hendaknya bisa membedakan antara dua hal.
Yakni apakah itu perintah yang bersumber dari
Tuhan
ataukah dari manusia. Jika perintah itu datangnya dari
manusia maka manusia bisa salah dan bisa benar.Namun
jika perintah itu salah satu dari perintah-perintah Allah, dengan kata lain
Allah yang memerintahkan di dalam kitabNya, atau
memerintahkan hal tersebut melalui Nabi-Nya
agar disampaikan kepada umatnya, maka tidak
ada alasan bagi manusia untuk mengatakan "saya belum
mantap". Bila ia masih mengatakan hal itu dengan
penuh keyakinan, padahal ia mengetahui perintah tersebut
ada di dalam kitab Allah Ta 'ala,
maka hal tersebut bisa menyeretnya pada bahaya yang
sangat besar, yakni keluar dari agama Allah,sementara dia tidak menyadarinya.
Sebab dengan begitu berarti ia tidak percaya
dan meragukan kebenaran perintah tersebut. Karena itu,
ia adalah ungkapan yang sangat berbahaya.Karena dosa yang
kecil pun jika dilakukan secara terus-menerus akan menjadi dosa yang
besar.Apalagi masalah hijab ini. Sementara kita
sangat miskin dan sangat lemah,
maka jika telah datang perintahdari Allah, tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali mentaati perintah tersebut. Ketika mendengar perintah Allah, sebagai
seorang muslimah kita wajib mengatakan
sebagaimana yang dikatakan orang-orang beriman:"... Kami dengar dan kami
taat". (Mereka berdo'a), 'Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.'
(Al Baqarah: 285).
*Ada juga ukhti yang menjawab;”Yang penting untuk sekarang ini
saya menghijabi hati terlebih dahulu baru selanjutnya memakai hijab luar
yang nampak”.
Jika seperti
itu apakah kita menjamin jika umur kita masih panjang? Apakah kita bisa tahu
kapan kita akan mati?Atau mungkin seseorang akan datang kepada kita &
mengabarkan untuk kita??Padahal tidak ada yang tahu kematian akan menjemput
kita apakah setelah setahun,
sebulan,seminggu, sehari, sejam atau sedetik kemudian. Semua itu serba mungkin,
selama kita tidak tahu kapan ajal kita akan datang.Wahai saudariku, kematian
tidak hanya mengetuk pintu hati orang
yang sakit, ataaupun orang yang lanjut usia saja, tetapi juga orang-orang yang
sehat walafiat, orang dewasa, pemuda bahkan sampai bayi yang masi disusui di pangkuan ibunya.Banyak kematian yang
tiba-tiba,karena kematian itu memang rahasia Pemilik Hidup. Allah hu ‘alam...
*Para akhawat yang tidak berhijab banyak
yang berdalih: "Allah belum
memberiku hidayah.
Sebenamya·aku juga ingin
berhijab, tetapi hendak bagaimana jika hingga saat ini Allah belum
memberiku hidayah?, do'akanlah aku agar segera
mendapat hidayah!"
Bagaimana
engkau mengetahui Allah belum memberimu
hidayah? Sementara dalam hidayah itu,
terdapat campur tangan dan usaha
manusia, di samping hidayah Allah dan bimbingan RasulNya. Allah telah menunjukkan jalan kebenaran & kebatilan pada manusia melalui KitabNya,
Para rasul pun telah menerangkan jalan ini kepada
kaumnya. Begitu pula para da'i. Mereka semua menerangkan
jalan ini kepada manusia. Jadi semua ikut ambil bagian dalam hidayah ini.Tergantung pada pilihan apa yang kita ambil, karena hakekatnya hidayah itu
juga harus dijemput tidak hanya
menunggu.
Allah berfirman:Artinya:"Dan adapun
kaum Tsamua maka mereka telah kami beri petunjuk tetapi mereka lebihmenyukai
buta (kesesatan) daripada petunjuk itu .... " (Fushshilat: 17 ).
Dan untuk itu, Allah menciptakan potensi
dalam diri setiap orang untuk memilih antara jalan kebenaran atau jalan
kebatilan. Jika dia memilih jalan kebenaran menurut kemauannya sendiri maka
hidayah taufiq akan datang kepadanya.
Allah berfirman,artinya: ''Dan
orang-orang yang meminta petunjuk, Allah (akan) menambah petunjuk pada mereka dan memberikan
kepada mereka (balasan) ketakwaannya " . (Muhammad: 17)
Jika dia memilih
kebatilan menurut kemauannya sendiri, maka Allah akan menambahkan kesesatan padanya dan Dia
mengharamkannya mendapat hidayah taufiq.na’udzubilla hi min
daliq.....
Firman Allah
yang artinya:
...Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati
mereka ".(Ash Shaf: 5)
Jika
diumpamakan hidayah ini seperti seseorang yang
menanyakan suatu
alamat. Orang itu pergi ke polisi lain lintas untuk menanyakan alamat tersebut. Lain polisi menyarankan:
"Anda bisa bejalan lurus sepanjang jalan ini, sampai di perempatan anda belok ke kiri,
selanjutnya ada gang, anda belok ke kiri, di situ anda mendapatkan
jalan raya, di seberang jalan raya tersebut akan terlihat gedung dengan pamflet
besar, itulah alamat yang anda cari".
Orang tersebut
dihadapkan pada dua pilihan, percaya kepada petunjuk polisi atau
mendustakannya.
Jika percaya kepada polisi, ia akan segera beranjak mengikuti petunjuk yang diterimanya. Jika berjalan terus
sesuai dengan petunjuk polisi, ia akan semakin dekat dengan
tempat dan alamat yang ia inginkan.
Jika ia tidak
mempercayai saran polisi itu bahkan malah mengumpatnya sebagai pendusta, sehingga ia bejalan menuju arah yang
berlawanan, rnaka semakin jauh dia berjalan, semakin jauh
pula kesesatannya. Itulah perumpamaan petunjuk dan kesesatan.Ini merupakan
perumpamaan yang tepat untuk mendekatkan pengertian sunnatullah ini.Siapa yang
memilih kebenaran, Allah akan menolong dan meneguhkannya. Dan siapa yangmemilih
kebatilan, Allah akan menyesatkannya dan membiarkannya bersama setan
yangmenyertainya.
Karena itu, wahai ukhti, berusahalah
mendapatkan sebab-sebab hidayah, niscaya anda mendapatkan hidayah
tersebut dengan izin Allah. Di antara usaha itu ialah berdo'a agar mendapat hidayah,
memilih teman yang shalihah, selalu membaca, mempelajari dan merenungkan Kitab
Allah, mengikuti majelis-majelis dzikir dan ilmu
agama,mendengarkan kaset pengajian agama,
membaca buku-buku tentang keimanan dan
masih banyak lagi.Tetapi, sebelum melakukan semua itu
hendaknya kita
terlebih dahulu meninggallkan hal-hal yang bisa menjauhkanmu
dari jalan hidayah. Seperti teman yang tidak baik, membaca majalah-majalah yang
tidak mendidik, menyaksikan tayangan-tayangan televisi yang membangkitkan perbuatan
haram, bepergian tanpa disertai mahram, menjalin hubungandengan para pemuda
(pacaran), dan hal-hal lain yang bertentangan dengan jalan hidayah.Insya Allah...
*Sebagian mereka
ada yang menjawab: "Saya juga seorang muslimah
meskipun tidak berhijab, selalu menjaga shalat lima
waktu dan sebagian
shalat sunat, saya puasa Ramadhan dan bersodaqoh”
Kalau memang
anda sudah dan selalu melakukan amalan-amalan terpuji, yang
berpangkal dari
iman, kepatuhan pada perintah Allah serta takut siksaNya jika
meninggalkan
kewajiban-kewajiban itu, mengapa anda beriman kepada sebagian
dan tidak
beriman kepada sebagian yang lain, padahal sumber perintah-perintah itu
adalah
satu?Sebagaimana shalat yang selalu anda jaga adalah suatu kewajiban, demikian
pula halnya dengan hijab. Hijab itu wajib,
dan kewajiban itu tidak diragukan adanya dalam A1Qur'an
dan As Sunnah. Atau, apakah anda tidak pernah mendengar cercaan Allah terhadap Bani Israil, karena mereka
melakukan sebagian perintah dan meninggalkan sebagian
yang lain?
Secara tegas,
dalam hal ini Allah berfirman:
Artinya:
...Apakah kamu
beriman kepada sebahagian AI-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap
sebahagian yang
lain? Tidaklah balasan bagi orang-orang yang berbuat demikian
daripadamu,
melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat
mereka
dikembalikan kepada siksa yang sangat berat, Allah tidak lengah dari apa
yang kamu
perbuat". (Al-Baqarah: 85)
Selanjutnya
renungkanlah hadits shahih berikut ini:
"Sesungguhnya
penghuni Neraka yang paling ringan adzabnya pada Ilari Kiamat
ialah orang yang
diletakkan di tengah kedua telapak kakinya dua bara api, dari dua
bara api ini
otaknya mendidih, sebagaimana periuk yang mendidih dalam bejana
besar yang
dipanggang dalam kobaran api ".
Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari, Kitabur Riqaaq, 11/376.
Jika seperti ini
adzab yang paling ringan pada hari Kiamat, lalu bagaimana adzab
bagi orang yang
diancam Allah dengan adzab yang amat pedih, sebagaimana
disebutkan dalam
ayat ini. Yakni bagi orang yang beriman kepada sebagian ayat dan meninggalkan sebagian yang lain?
*Dalih yang lain
yaitu untuk masalah penampilan.
Wahai
saudaraku,apakah
hanya demi penampilan, kebanggaan dan saling unggul-mengungguli didunia, anda
rela menjual akhirat dan slap menerima adzab yang pedih?Sungguh, kami tidak berharap
untuk ukhti, melainkan kebaikan di dunia dan di akhirat. Kami meminta agar ukhti mau menggunakan akal sehat & hati dalam menentukan
pilihan ini. .Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda:
"Wanita itu
dinikahi karena empat hal. Yaitu karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang
berpegang teguh dengan agama, (jika tidak) niscaya kedua
tanganmu berlumur debu.Memang demikian yang terjadi. Kaum laki-laki tidak hanya
melihat unsur kecantikan semata,tetapi ada hal-hal lain yang menyatu dengan
kecantikan itu atau terlepas darinya, yang dijadikan
pertimbangan dalam memilih isteri. Namun para gadis dan orangtua banyak yang
menganggap
kecantikan adalah segala-galanya. Atau setidak-tidaknya menjadikan
kecantikan
sebagai unsur terpenting, sedangkan hal lainnya bisa dikesampingkan.
Jelas,jalan pikiran seperti ini bertentangan dengan naluri manusia.
Bisa jadi sikap
gadis-gadis yang biasa memperlihatkan aurat --yang dimaksudkan untuk menawan hati pria-- menjadi bumerang
bagi dirinya. Betapa banyak tindakan itu malah membuat
para pemuda enggan menikahinya. Sebab bisa saja para pemuda itu
beranggapan,jika wanita tersebut berani melanggar salah satu perintah Allah,
yaitu hijab, tidak menutup kemungkinan
dia akan berani melanggar perintah-perintah yang lain. Karena setan memiliki banyak kiat.
Mungkin
banyak alasan lagi mengapa ukhti belum juga berhijab,namun
ketika
Allah memerintahkan kita dengan suatu perintah, Dia Maha Mengetahui
bahwa perintah
itu untuk kebaikan kita, dan salah satu sebah bagi tercapainya
kebahagiaan
kita. Demikian pula ha!nya dengan ketika memerintah wanita ber-hijab, Dia Maha Mengetahui bahwa ia adalah
salah satu sebab tercapainya kebahagiaan,kemuliaan dan keagungan wanita.Allah
Subhanahu Wata 'ala Maha Mengetahui, ilmuNya meliputi segala sesuatu,mengetahui
sejak sebelum manusia diciptakan, juga mengetahui apa yang akan tejadi di masa mendatang dengan tanpa
batas, mengetahui apa yang tidak akan tejadi
dari berbagai peristiwa, juga Dia mengetahui andaikata peristiwa tersebut terjadi,
apa yang bakal terjadi selanjutnya.
Dengan
kepercayaan seperti ini, yang merupakan keyakinan umat Islam, apakah
patut dan masuk
akal kita menolak perintah Allah Yang Maha Luas ilmuNya,
selanjutnya kita
menerima perkataan manusia yang memiliki banyak kekurangan,
dan ilmunya sangat terbatas?
Allah
mensyari'atkan hijab agar menjadi benteng bagi wanita dari gangguan orang lain.
Sebab Allah Subhanahu Wata'ala mengetahui, pamer aurat akan mengakibatkan
semakin bertambahnya kasus pelecehan seksual aapalagi di zaman akhir ini,
karena perbuatan tersebut membangkitkan nafsu seksual yang sebelumnya tenang.
Adapun wanita yang ber-hijab maka dia senantiasa menyembunyikan kecantikan dan
perhiasannya selain telapak tangan dan wajah menurut suatu pendapat. Dan pendapat
lain mengatakan, tidak boleh terlihat dari diri wanita tersebut selain matanya
saja.semoga tulisan ini semakin memantapkan kita untuk berhijab, karena
Allah.....amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar